Review Drama Korea Guardian : The Lonely and Great God/Goblin (2017, Pendapat Tidak Populer) – Panjang bener daahhhh judulnya. Tapi, buat kalian-kalian yang tahunya cuma Goblin doang, maka kalian harus tahu kalau judul lainnya adalah Guardian : The Lonely and Great God. Sebuah drama korea yang tayang dengan segala kepopulerannya.
Drama Guardian : The Lonely and Great God disutradari oleh Lee Eung Bok dan penulisnya adalah Kim Eun Sook. Tayang perdana pada 2 desember 2016 dan berakhir pada 21 januari 2017. Awal dan akhir ya? saya taro tahun 2017 aja deh, sebab saya nontonnya di tahun 2017. Drama ini tayang di TVN dengan jumlah episode 16 saja. Punya Genre Fantasy Romance.
Drama ini menggantikan slot The K2 (di bagian sini ulasannya).
Pokoknya lain dari biasanya, saya nggak akan ngomongin sinopsis di sini. Berasa udah basi banget gitu ya? wkwkwk. Drama Guardian : The Lonely and Great God juga memboyong banyak sekali penghargaan seperti Grand Prize (Daesang) untuk Kim Eun Sook dan best actor untuk Gong Yoo. Dapat penghargaan Korea Drama Awards juga diantaranya, best drama, best new actor untuk Yook Sung Jae, Star Award untuk Yook Sung Jae dan Popular Character Award Park Kyung Hye/Kim Byung Chul.
Yaah saya nggak akan bahas sinopsis, tapi saya akan mengenang drama ini.
Tahun 2017 dan tahun saya patah
Tahun 2017 adalah tahun di mana saya patah, patah hati. Wkwkwk. Di pertengahan tahun, saya patah sejadi-jadinya dalam seumur hidup saya. Di tahun itu pula, saya nonton Goblin di viu. Sebuah drakor pertama yang saya tonton di viu. Dialah Goblin.
Dulu nggak paham sama viu yang geser ke bagian samping, jadi, tahunya cuma kelihatan dua episode saja yang diunduh. Ingat juga, dulu nggak paham cara menghapusnya kayak gimana. kwkwkwk.
Serius lho. Dulu saya cupu banget pakai aplikasi buat nonton drakor sebab dulu hanya membeli dvd bajakan saja.
Keren sekali di awal…
Keren banget. Bagaimana penulis bisa kepikiran buat drama demikian. Pedang yang hanya bisa dicabut oleh pengantinnya. Hanya sang pengantin yang bisa mencabut pedang. Ini semacan jodoh yang emang ciamik aja.
Ada manusia yang nggak mati-mati, ngga tua-tua, bisa nembus tembok, tapi nggak pakai hape. Bisa datang kalau lilin ditiup doang. Mana jodohnya anak SMA dengan kemampuan penuh pesona yang memikat.
Namun…
Namun drama ini lama-lama membuat saya jengah di episode 13. Saya ingat sekali dah. Diam-diam drama ini membosankan. Drama ini kurang bisa pepet terus nggak pakai kendor di saya.
Selang beberapa lama, saya baru bisa melanjutkan nonton lagi setelah ambil jarak. Setelah saya nonton drama lain. Saya kehabisan energi untuk tahu endingnya. Kayak gitulah.
Kim Eun Sook yang Dramanya jadi Tipikal
Saya malah nggak bisa membedakan karakter Go Eun di Goblin dan di The King Eternal Monarch. Kesan di The King Eternal Monarch masih ada saja karakter Ji Eun Tak yang kekanakan dan khas sekali. Berasa nggak ada beda. Yang beda hanya penempatan dramanya saja.
Bahkan ketika Letnan Jeong Tae Eul menangis di The King Eternal Monarch, saya malah membayangkan Ji Eun Tak yang nangis takut kehilangan sang ahjussi.
Eemmm…
Untuk kisah peran utama kayak Gong Yoo dan Lee Dong Wook yang digambarkan sungguh keren dalam menyelamatkan Eun Tak pun mengingtakan saya pada Peya dan Captain Jo. Dibuat dengan pengambilan perlahan, angin berhembus, maju dengan tanpa keraguan, nampak keren. Dan korban tertolong.
Huh…
Khas drama sekali.
Tahu nggak. Tadi siang pas saya belanja. Tidak sengaja keranjang belanjaan saya menabrak Kinder Joy. Jatuhlah telor-telor laknat itu. Saya menaruhnya kembali ke wadah semula. Tapi saya melakukannya sendirian meski banyak sekali orang mondar mandir belanja.
Itulah kehidupan nyata yang keras.
Emang sih. Kalau disuruh milih Goblin atau The King Eternal Monarch. Saya bakalan pilih Goblin. Tapi, keduanya sama-sama belum bagus banget di mata saya. Untuk ost juga masih bagusan Goblin ke mana-mana.
Waktu berjalan dan saya menjadi pengamat
Tiap kali ada poling yang diajukan di sosmed, tentang menyebutkan drama korea terbaik versi mereka. Tidak jarang, Goblin masuk nominasi banyak orang.
Tapi…
Bagi saya, ada kalanya sebuah drama korea disukai berdasarkan waktu saya nonton. Misalnya pas kerja dan nonton Misaeng, itu bisa mewakili kehidupan tentang pekerjaan.
Misalnya saya nonton Another Miss Oh dan menangis karena Oh Hae Young biasa yang patah hati. Di sana, ada kesamaan nasib yang saya rasakan.
Tahu nggak?
Apa sih drakor yang bikin ngena di hati? Tentunya drakor yang saat kita nonton, kita menemukan persamaan nasib dengan kisahnya. Di situ kita paham, di situ kita mendapat bahan pemikiran.
Kalau dengar lagu aja, kita mungkin suka merasa, “ini lagu saya banget.” Begitulah pikiran manusia yang kompleks.
Kesimpulan Review Drama Korea Guardian : The Lonely and Great God/Goblin (2017, Pendapat Tidak Populer)
Drama ini hadir ditulis oleh penulis yang terkenal akan maha karyanya. Kadang saya merasa aneh ketika nonton drama. Diantara drakor yang hingar bingar dipuja, ada perasaan kosong saat saya nonton. Antusiasme dan keingintahuan mendadak melemah menuju akhir khusus untuk drama ini.
Segala yang katanya indah menjadi biasa saja di ujung.
Saya merasa diam dipojokan sambil meraba. Apa yang dimau dari penonton yang banyak maunya ini? semacam rasa kenyang pada hal-hal yang terlihat sempurna atau sudah bisa tertebak bahwa endingnya akan bahagia.
Atau sudah bosan dengan dunia fantasi yang sama sekali tidak nyata. Menampakkan hal-hal indah. Padahal hidup berkubang dengan gelisah.
Dan kemudian mimin jadi anak senja yang menulis kayak pakai rima. Wkwkwk.
Mendadak galau.